Aku suka dibuat kesal sebab rindu datang tak kenal aturan. Bertamu tanpa melihat waktu. Gemar berkunjung saat subuh. Rindu datang ketika aku sedang terjaga dan sedang tidak mengerjakan apa-apa hingga tak punya pilihan lain selain merasakan rindu makin dalam.
Bisa tidak rindu hadir nanti saja?
Saat siang datang agar aku punya kesibukan supaya rindu tak terlalu terasa lalu cepat hilang.
Rindu tidak lucu, mungkin dia tidak pernah diajari membaca situasi dan waktu.
Aku tidak mengerti mengapa rindu sebandel itu, suka menyusup padaku padahal kita baru saja bertemu.
Rindu selalu berhasil menyisipkan dirimu dalam barisan lirik lagu tertentu atau pintar sekali memunculkan refleksi wajahmu pada apa saja—bahkan pada daftar menu makanan dan buku.
Temu dan Rindu suka berkonspirasi melakukan apa saja agar Cinta makin tumbuh besar dari biasanya.
Saat Temu sedang menjalankan tugasnya, Rindu akan bergelayut pada lenganku. Membuatnya terasa berat lantas meletakkan penawar pada pelukmu. Dan begitulah sejarah mengapa Rindu terasa lebih ringan saat kita berbagi pelukan.
Rindu dan Cinta adalah sepasang anak kembar yang sama-sama tumbuh besar, keduanya dilahirkan oleh Kepercayaan. Sedangkan Temu selalu dirawat oleh Kesabaran.
Maka tak heran mengapa aku merasa jika kau adalah rumah. Sebab kita ditambah Rindu dan segala yang berhubungan dengannya, adalah keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar